Artikel

Kebangsaan

Sabtu, 22 Januari 2011

PARARELISASI GERAKAN MAHASISWA ; Upaya Mewujudkan Kader Berkesadaran Emansipatoris Transformatif, Menyongsong perubahan sosial


Wacana tentang gerakan mahasiswa dan harus bagaimana seharusnya mahasiswa sering kali menjadi perdebatan panjang. Forum-forum diskusi di kampus sering menjadi ajang dialektika bagi mahasiswa gerakan untuk menentukan orientasi ke depan, akan tetapi dari beberapa fakta di lapangan gerakan mahasiswa hari ini hanya bergerak secara reaksioner dan aksidental.
Beberapa problematika ke-Bangsa-an sering dibaca secara parsial sehingga aksi turun jalan yang sering dilakukan oleh mahasiswa cenderung hanya untuk menunjukkan eksistensinya masing-masing. Begitu juga dengan problematika yang sering dihadapi oleh gerakan mahasiswa di dunia akademik, seperti yang diungkapkan oleh Baskara T. Wardaya bahwasanya gerakan mahasiswa hari ini yang hanya memiliki kecenderungan di wilayah sosial politik sehingga menafikan tanggung jawabnya sebagai insan akademik (civitas politika bukan cifitas akademia).
Persoalan-persoalan tentang orientasi gerakan mahasiswa hari ini dirasa perlu untuk diperbincangkan kembali. Belajar dari kasus reformasi yang kemudian sedikit memberikan kesadaran terhadap mahasiswa bahwasannya gerakan mahasiswa tidak berhenti pada hal-hal yang sifatnya aksidental (peruntuhan rezim, aksi jalanan dan lain sebagainya), tapi gerakan mahasiswa juga harus mampu memberikan gagasan-gagasan alternatif di berbagai lini kehidupan berbangsa (menembus teks melampaui realitas sehingga mempu memahami metafisik kehidupan).
Dan sudah sepatutnya mahasiswa hari ini harus mengukir sejarah sendiri dan tidak terpatron pada sejarah masa lalu. Karena bagaimanapun juga setiap zaman punya sejarahnya masing-masing dan hari ini kita dituntut untuk mengukir sejarah pada zaman kita sendiri (detik-detik se-abad budi utomo dan 79th sumpah pemuda).




PARARELISASI GERAKAN MAHASISWA
Pararelisasi gerakan mahasiswa mungkin hanyalah sebuah bingkai yang dibuat untuk mematrialkan gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya mahasiswa hari ini bergerak. Sebuah konsep tentang orientasi jangka panjang gerakan mahasiswa yang diperbincangkan secara panjang lebar di ashram bangsa berhasil merumuskan satu konsep yang diberi nama paralelisasi gerakan mahasiswa.
Pararelisasi yang dimaksudkan hanyalah sebagai metodologi (metode gerak). Metode gerak dan cara gerak bagi gerakan mahasiswa dirasa sangat penting. diakui ataupun tidak beberapa gerakan mahasiswa yang sudah mempunyai landasan berpikir (ideologi) terkadang tidak bisa mematrialkan ideologinya dalam gerakan.
Pararelisasi sebagai sebuah metodologi memang dimaksudkan untuk bisa melakukan maksimalisasi kerja sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing mahasiswa. Karena kecenderungan orientasi gerakan mahasiswa pasca reformasi yang lebih condong kepada wilayah sosial-politik dan menafikan beberapa kecenderungan dan kapasitas mahasiswa yang lainnya (crirical force-politikal force& moral force).
Pararelisasi yang mengidealkan untuk menempatkan mahasiswa di pos-pos yang sesuai dengan kecenderungan dan kapasitasnya masing-masing. Akan tetapi juga penempatan wilayah yang sesuai dengan posnya itu juga harus diimbangi dengan satu main stream pola kerjasama yang saling mengisi antar pos yang satu dengan pos lainnya, sehingga bisa berjalan dengan sinergis dan tidak saling menegasikan antara yang satu dengan yang lain-nya (pararelisasi praksis).

KESADARAN EMANSIPATORIS
Kesadaran yang dimaksudkan di sini adalah mencakup beberapa hal yang perlu kita sadari atau  kita alami secara sengaja dan meninggalkan jejak pada ingatan (consciousness) tidak hanya menyangkut beberapa pengalaman yang biasanya terkait pada diri kita seperti berfikir, merasa imajinasi, mimpi dan pengalamanan yang dengan tubuh (awarenwes).
Pembentukan kesadaran sebagai mainstream berfikir ini merupakan substansi dari konsep emansipatoris itu sendiri. Karena bagaimanapun juga banyak manusia yang bergerak di luar alam bawah sadarnya, mengambil bahasanya Karl Marx bahwasanya manusia itu telah teralienasi dari dirinya sendiri. Pembentukan mainstream bersama untuk saling mengerti dan memahami wilayahnya masing-masing memang tidak bisa dilepaskan akan adanya dialektika yang terjadi antara kehendak bebas seorang manusia dengan rasionalitas (komunikasi aktif).
Kehendak bebas (free-will) pasti dimiliki oleh setiap manusia baik itu mencakup wilayahnya sebagai manusia sosial ataupun sebagai pribadi, karena manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan tindakan yang dipengaruhi oleh hal-hal yang berada di luarnya, pun jaga sebaliknya.
Akan tetapi jika kehendak bebas bisa berjalan seiring rasionalitas maka akan memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat memahami pendapat-pendapat yang berbeda, rasionalitas yang pengertiannya adalah kemampuan dalam memahami realitas dan dengan rasionalisasi kita dituntut untuk menemukan kebenaran sejati sebagai dasar bagi pikiran manusia, (men-dealektika-kan idealisme dengan realitas).
Dan dengan itu, maka manusia akan semakin terbuka dengan pluralitas dan tetap memahami realitas secara rasional yang kemudian membentuk satu kesadaran emansipatif atau kesadara plural (save belonging of  PMII).

TRANSFORMATIF SEBAGAI LANGKAH STRATEGIS
Sebuah metodologi gerakan tidak akan pernah mempunyai nilai-nilai tertentu kalau tidak ditransformasikan untuk keberlanjutan gerakan selanjutnya, injeksi kesadaran  yang sering dibahasakan oleh sahabat-sahabat menjadi sangat perlu untuk diterapkan sebagai wujud dari tanggung jawab gerakan (perpaduan antara metode & nilai).
Mengambil bahasanya Mansour Faqih, bahwasanya mahasiswa seharusnya benar-benar bisa memainkan peranannya sebagai kaum intelektual organik. Sekelompok manusia yang mampu untuk merumuskan beberapa konsep sebagai solusi dari berbagai macam persoalan, dan kemudian bisa di-manage dan ditransformasikan.
Di sinilah kemudian pentingnya sekelompok manusia untuk merumuskan beberapa konsep sebagai solusi dari berbagai macam persoalan, dan kemudian bisa di manage dan ditransformasikan secara praksis dalam kehidupan sosial-kemasyarakatan. ssssTransformasi sosial yang diidealkan sebagai wujud dalam pembentukan masyarakat sebagai pasar gagasan (induk realitas) yang dalam bahasanya Karl Popper sering disebut masyarakat terbuka (open society). Namun gagasan yang telah didialektikan sebagai proses untuk memunculkan satu sintesa baru dalam gerakan mahasiswa tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya sebuah kesadaran-komitmen yang kuat untuk terus bergerak sebagai wujud dari tanggung jawab gerakan yang kita emban (idealis transformatif).

Written by: Lucas Darwis (The Ashram Bangsa Advisor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar